Cemburu Menguras Hati

Kamis, 14 April 2011

Kemarin hari Rabu 13 April 2011, alhamdulillah saya berkesempatan datang kembali ke Majlis reboan di masjid Alatief Pasar raya setelah beberapa minggu absen. Suatu pengajian mingguan yang diadakan oleh mesjid tersebut setiap rabu pagi jam 10.30 wib sampai jam 12.00. Saya merasa beruntung mendapat pekerjaan sebagai sales yang memungkinkan saya datang ke  tempat tsb pada saat jam kerja dan saya juga berkeyakinan bahwa atas tuntunan Allah swt jualah saya ringan melangkahkan kaki ke sana.

Ketika tiba di sana saya agak bertanya tanya dalam hati kok tumben lebih ramai jamaah nya dibanding dengn pengajian yg saya ikuti seblumnya.. mayoritas ibu2. dan saat itu saya belum tau siapa dan apa tema pengajian kali ini.. dan memang saya juga tidak memaksakan harus tahu karena saya pikir siapapun narasumbernya dan apapun temanya tidaklah penting dibandingkan dengan isi dari ceramah yg disampaikan karena pastinya itu yang akan menambah ilmu kita bukan ?

Ada satu hal yang cukup menarik saya amati adalah  keberhasilan pengurus Masjid Alatief mengadakan acara ini dengan antusiasme jamaah yang banyak dan dari berbagai kalangan walaupun kalau saya lihat dari penampilan para ibu2 jamaahnya sepertinya termasuk kalangan berada dan mungkin bisa jadi sebagai strategy pemasaran juga dmana setelah mengikuti pengajian mereka para jamaah yg notabene 80% adalah wanita bisa belanja di pasaraya blok M tersebut, sah sah saja. oh iya untuk yg belum tahu mesjid Alatief ini ada di lantai 5 Pasaraya Blok M jakarta, dan satu lagi yang bisa saya bilang suatu cara yg jitu dari Mesjid Alatief ini menggaet jamaah adalah dengan mengundang penceramah kondang yg sering kita lihat di Televisi. Alhamdulillah saya tertarik ke mengikuti pengajian ini bukan kepada penceramahnya yang kondang tapi lebih ke variatifnya tema yang disajikan dengan adanya pergantian penceramah dan tema setiap minggunya.

Ketika tiba waktunya sang penceramah memasuki ruangan, terjawab sudah mengapa kali ini jamaah nya lebih banyak jumlahnya dibanding dengan pengajian sebelumnya ternyata sosok yang muncul adalah sosok yang familiar yaitu mamah Dedeh, pantas hehehe... dan memang beliau adalah sosok yg khas saat ini dibanding penceramah lainnya yang juga sama kondangnya selain sebagai penceramah wanita yg paling dicari untuk tempat curhat (ingat istilah curhat dong maa.. hehehe) juga bahasan yg dikajipun temanya lebih ke hal2 yg sehari hari dihadapi oleh kita. dan yg lebih mengarah ke fikih.. begitupun tema yang di tausyiahkan kali ini.

Tausyiah beliau kali ini diberi judul Cemburu, kalau judul postingan saya ini memang saya tambah dengan menguras hati karena pas ingat judul lagu Vidi Aldiano hehehe nggak ada kaitannya dengan ceramah mamah.. kalau cemburu nya sih iya karena tema ini yang saya ingin share ke pembaca. Semoga tidak ada yang terlewatkan di catatan saya mengenai apa yang ditausyiahkan oleh mamah.. amin..

Dengan ciri khasnya yaitu ketegasan suaranya,  mamah memulai bahasan dengan mengatakan bahwa cemburu adalah manusiawi sebagai fitrah dasar manusia yang tidak lepas dari rasa cemburu bahkan sejak jaman nabi pun sudah ada. Dan arti cemburu adalah perasaan yang timbul karena ketidaknyamanan hati.  Dan cemburu itu ada yg dilarang dan ada yang dianjurkan dalam Islam..lho kok ? biasanya cemburu itu lebih berkonotasi negative bukan ? pertanyaan ini timbul di diri saya..

Kemudian mamah melanjutkan dengan beberapa kisah yang terjadi pada jaman nabi.. salah satunya adalah pada saat Jaman Nabi Ibrahim dmana pada saat Nabi Ibrahim belum dikarunia anak dari istrinya Siti sarah, Nabi diperintahkan oleh Allah untuk menikahi siti Hajar dan mendapat restu dari Siti Sarah namun pada saat Siti Hajar Hamil dan nabi Ibrahim mulai menunjukan kasih sayang yang lebih kepada Siti Hajar, maka timbulah rasa cemburu di diri Siti Sarah dan dia berupaya untuk membuat siti Hajar tidak cantik dengan cara memberikan make up kepada Siti Hajar (menurut mama inilah awal wanita senang bermake up) namun Nabi Ibrahim tidak berkurang kasih sayangnya kpd Siti Hajar, akhirnya Siti Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk membawa Siti Hajar ke tempat lain (kisah lengkap mengenai ini bisa di baca dalam artikel Kisah25nabi di blog ini di kisah Nabi ismail).
Kemudian dalam Jaman nabi Yakub juga terdapat rasa cemburu dari kakak2 nabi Yusuf terhadap Nabi Yusuf yang mendapat kasih sayang lebih dari Nabi Yakub sehingga mereka membuang nabi Yusuf ke sumur.. (lihat kisah Nabi Yakub di artikel Kisah25nabi). Begitupun pada Jaman Nabi Adam dmana salah satu anaknya membunuh seorang adiknya karena rasa cemburu. Bahkan di jaman Nabi Muhammad saw juga dikisahkan Aisyah sempat terbakar rasa cemburu saat Nabi Muhammad kedatangan saudara iparnya (kakak Siti Khadijah) yang tutur kata maupun sikapnya mengingatkan beliau kepada Siti Khadijah yang telah meninggal dan diutarakan kepada  Aisyah ra sehingga Asiyah ra merasa cemburu dan lari keluar menangis dibawah pohon.. dan saking cemburunya membuat pohon tempatnya menangis ikut layu.
Kalau dilihat kisah2 di atas terlihat bahwa cemburu adalah manusiawi namun lebih berkonotasi negative, lantas yang diperbolehkan atau cemburu yang baik/positive yang bagimana mah..? curhat dong mah ... J
Mamah Dedeh mengatakan bahwa cemburu yang baik contohnya adalah cemburu karena ilmu /ibadah kita kurang dibanding orang lain sehingga timbul keinginan untuk belajar agar bisa seperti orang lain itu. Artinya kita boleh cemburu atau tidak nyaman karena kekurangan ilmu/Ibadah (bukan harta).
Untuk mengatasi agar rasa cemburu kita tidak menjadi penyakit hati mamah memberikan tips dengan mencontohkan suatu peristiwa yg paling sering di curhatkan oleh ibu2 yaitu mengenai perselingkuhan…mamah bilang kalau suami melakukan selingkuh biasanya istri melakukan hal yang justru memperparah keadaan seperti melabrak selingkuhan suami atau meminta cerai padahal itu bukan jalan keluar yg baik.. yang lebih baik adalah kembali kepada Allah (melakukan ibadah/doa) dan melakukan introspeksi diri dengan bertanya kepada diri knapa suami selingkuh ? mungkin sang istri kurang memberikan service yg baik kpd suami sehingga suami mencari service di tempat lain yang dirasakan lebih baik? Begtu juga sebaliknya para suami yang istrinya melakukan perselingkuhan.. memang benar juga daripada  menyalahkan orang lain lebih baik kita memperbaiki diri kita sendiri bukan ?
Jadi kesimpulan yang saya dapat dari tausyiah mamah Dedeh ini adalah bahwa sah sah saja kalau kita dilanda cemburu terhdp seseorang atau suatu hal asal kita segera lihat apakah cemburu kita ini negative atau positive, kalau negative ya segeralah kita ingat Allah dengan berdoa agar segera hilang rasa cemburu itu dan kita instropeksi diri mengapa hal yang membuat kita cemburu itu terjadi. Nah kalau cemburunya positive dalam hal kurang ilmu/ibadah ya lanjutkan saja dengan cara menambah ilmu/ibadah agar kita bisa sebaik atau lebih baik dari yang kita cemburui.. so cemburu tidak perlu menguras hati kita kan ..?

Makna Kata MUNAFIK

Rabu, 13 April 2011

Sebuah media online memberitakan pernyataan artis muda yang sedang naik daun karena film-film yang dibintanginya -konon- laris di pasaran. Kata artis muda itu, ia tidak mau munafik. Seks bebas sah-sah saja asal dilakukan dengan aman.

”Kalau aman ya nggak masalah. Misalnya, si cowok disuruh pakai kondom atau pengaman. Selama itu dilakukan, silakan saja ngeseks, ” kata artis yang sedang menjalin hubungan cinta dengan pria bule berkebangsaan asing itu.

Adakah yang aneh dengan pernyataan artis muda kita itu? Mungkin tidak. Karena media massa kita; koran, majalah, televisi, atau internet, sudah sangat terbiasa dengan berbagai macam tingkah polah selebriti kita. Narkoba, selingkuh, seks bebas, kawin-cerai adalah hal biasa yang dilakukan para pelaku di jagat hiburan.

Tetapi, mari kita lihat penggunaan kata munafik dalam bahasa artis kita itu!

Dalam KBBI (2004), kata munafik mempunyai dua arti.

Pertama, berpura-pura percaya atau setia pada agama, tapi sebenarnya dalam hatinya tidak. Kedua, suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya.
Kita tidak tahu, apakah artis tersebut termasuk orang yang setia kepada agamanya atau tidak. Namun, apabila artis itu menyatakan diri tidak munafik, tentu ia orang yang setia kepada agamanya. Masalahnya, kalau setia, bagaimana mungkin ia setuju dengan perilaku seks bebas? Bukankah agama melarang perbuatan itu? Dalam konteks ini, pernyataan artis tersebut menjadi kontradiktif.

Mungkin artis kita itu ingin memaknai munafik dengan arti yang kedua. Karena arti kedua itulah yang memang memiliki konteks lebih tepat dengan ucapannya. Artis itu tidak mau terjebak untuk mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Ia ingin berkata jujur, terbuka, dan apa adanya, bahkan untuk hal-hal yang kontroversial (semacam seks bebas) sekalipun.

Agaknya, tidak keliru jika makna kata munafik dalam KKBI, oleh sebagian orang dinilai bermakna ambigu (berlawanan). Kedua makna itu menjadi benar, apabila dalam pemakaiannya, makna yang pertama dipertautkan dengan makna yang kedua. Hakikatnya, orang yang setia pada agama niscaya tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya.

Sebaliknya, kedua makna itu berpretensi keliru bila pengertian yang pertama dan kedua tidak dipertautkan alias masing-masing berdiri sendiri. Hakikatnya, orang bebas mengatakan apa saja (agar tidak disebut munafik) sekalipun perbuatan yang telah dilakukannya melanggar kesetiaan terhadap agama. Mungkinkah demikian?
Mari kita lihat bagaimana bahasa agama memaknai kata munafik!

Kata munafik berasal dari akar kata nafaqa nifaqan yang bermakna mengadakan, mengambil bagian dalam, dan membicarakan. Munafik juga berasal dari nafiqa al -yarbu yang berarti lubang yang dibuat binatang sejenis tikus dan digunakan untuk mengelabui siapa saja yang hendak menangkapnya. (A. Haikal: 2004).

Orang munafik memiliki tanda-tanda, yakni jika bicara dusta, bila berjanji ingkar, dan andai diberi amanat berkhianat (Ensiklopedi Islam: 2000). Karena sifatnya itu, Allah menyebut orang munafik sebagai orang fasik (QS:9:67) dan mereka ditempatkan sama dengan orang-orang kafir (QS: 9:68,73,74). Bahkan begitu ”istimewanya” orang munafik ini, maka ia disematkan menjadi surat tersendiri, yakni surat Al Munafiqun (QS:63). Nah lho!

Maka sungguh bijak jika kita memahami dan menggunakan kata munafik dalam bahasa keseharian dengan tidak melepaskan diri dari konteks agama. Mengapa demikian? Karena penggunaan kata munafik, kenyataannya memiliki konsekuensi yang berat di mata Tuhan.

Sumber : http://petisikotbah.wordpress.com/2009/06/05/munafik-2/

MAKNA KATA MASYA ALLAH

Masya Allah adalah frase yang diungkapkan seorang Muslim untuk menunjukkan kekaguman terhadap seseorang atau kejadian. Dalam hal ini, digunakan sebagai ekspresi penghargaan, sementara dalam waktu yang sama juga sebagai pengingat bahwa semua pencapaian bisa terjadi karena kehendak-Nya. Terjemahannya kurang lebih adalah “Allah telah berkehendak akan hal itu”, dengan kata telah yang menekankan tentang ajaran Islam yang mengharuskan kita percaya kepada setiap ketentuan dari Allah. Digunakan sebagai ungkapan kegembiraan disertai doa.
Maa Syaa Allah yang bisa juga dimaknai Apa-apa yang dikehendaki Allah, dapat disambung dengan kata lain menjadi: Maa Syaa Allahu fa’al = Apa2 yang dikehendaki Alloh pasti terjadi. Biasanya kalimat ini diucapkan ketika ada sesuatu yang terjadi di luar kehendak kita, sehingga diharapkan kita tidak berburuk sangka kepada Alloh, tidak menyalahkan takdir Allah.
Contoh penggunaan Maa Syaa Allah…
“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “MAASYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.”(QS. al-Kahfi 18:39)
Dalam ayat itu ungkapan tersebut untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebun yang bernilai. Hmm…..dari sini mudah-mudahan kita gak lagi salah kaprah dan senantiasa mengucapkan kalimat Masyaallah pada tempat yang semesetinya……

Nasehat si Kakek
[Cucu] Abah, boleh nanya lagi nih sama abah, apa yang selama ini biasa diucapkan, tapi kok maknanya aneh….
[Kakek] Silakan cucuku…
[Cucu] Begini abah, kenapa kalau kita menemukan hal yang tak terduga, atau diluar keinginan kita, secara reflek biasanya orang berucap kalimat: “Maasyaa Allaah…?” Memang Nabi mengajarkan kalimat itu kan? tapi maksudnya untuk apa?
[Kakek] Baiklah, abah coba jelaskan, arti harfiahnya adalah “apa-apa yang Allah kehendaki….” Tentu makna luasnya tidak berhenti disana karena kalimat itu tampak belum tuntas, bukan kalimat sempurna… seolah ada tambahannya…
Yang abah mengerti, bisa saja tambahannya…..Apa-apa yang Allah kehendaki… terjadilah… Apa-apa yang Allah kehendaki, terwujudlah… itulah kehendak Allah yang bisa jadi tidak bersambung langsung dengan kehendak manusia…

Kalimat masya Allah bisa jadi sebuah pengingat kita sebagai hamba-Nya yang sering merasa kecewa, marah dengan apa yang telah terjadi ketika kejadian itu diluar keinginan dan kehendak kita…
Kita sering marah, sering sulit menerima sebuah keadaan… yang tidak seiring dengan keinginan.. maka Allah mengingatkannya.. itulah kehendak-Nya… walaupun tampak diluar keinginan, maka yakinilah sesungguhnya kehendak Allah jauh lebih sempurna..

Rencana Allah dibalik kejadian itu pastilah sebuah rencana terbaik yang telah Allah izinkan terjadi, dan pasti memberi sebuah pelajaran dan makna dalam dibalik itu….

Kalau Allah sudah izinkan terjadi, seharusnya kita membangun bersama sebuah kesadaran dan keyakinan bahwa pasti itu terbaik yang Dia hadirkan. Jika kita sudah berhasil membangun kesadaran dan keyakinan bahwa itu adalah sesuatu yang terbaik.. maka menjadi tugas kita untuk terus menggali apa nilai kebaikan yang telah Allah hadirkan pada peristiwa diluar dugaan kita itu…
Dengan ucapan itu. Allah mengingatkan kita untuk segera melihat kepada-Nya… bukan kepada kejadian itu atau bukan kepada manusia lain yang menjadi sebab hadirnya perisitiwa itu…
Itulah makna ucapan masya Allah cucuku… semoga Allah senantiasa memberkati kita… Amin..
Sumber : http://tajung.blogspot.com/2010/05/meluruskan-makna-masya-alloh.html

MAKNA KATA INSYA ALLAH

Selasa, 12 April 2011

Orang sering mengatakan kata Insya Allah. Apa arti sebenarnya dari kata itu?
Segala sesuatu yang menyangkut nanti atau besok, tergolong dalam pengertian masa yang akan datang. Selama berkaitan dengan masalah yang akan datang manusia tidak bisa memastikan, kecuali bila dikehendaki Allah.
Allah SWT berfirman: “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi”, kecuali dengan menyebut Insya Allah”. (QS. al-Kahfi: 23-24)
Sesuatu yang menyangkut masa yang akan datang, mencakup lima unsur:
  • Pertama: pelaku (subyek)
  • Kedua: yang diperlakukan (obyek)
  • Ketiga: waktu dan tempat kejadian
  • Ke-empat: sebab musabab
  • Kelima: kekuatan dan kemampuan yang diperlukan untuk pelaksanaannya.
Apabila seorang berkata, “Besok saya akan pergi ke tempat fulan untuk membicarakan masalah anu”. Orang itu tidak punya jaminan kalau ia akan tetap hidup sampai besok. Begitu juga dengan orang yang akan ditemuinya. Kalau ia esoknya bisa pergi, mungkin waktunya tidak tepat, atau tempatnya berubah, atau mungkin esoknya orang itu tidak berkemampuan (fisik, materi) atau juga berubah niat untuk melaksanakannya.
Jadi, manusia tidak kuasa menentukan kelima unsur itu. Semuanya dikembalikan kepada pengaturnya, yaitu Allah yang Maha Kuasa. Manusia harus menuruti perintahNya, mengucapkan kata Insya Allah, yang artinya Jika Allah Menghendaki atau Mengizinkan. Apabila Allah SWT tidak menghendaki, pasti rencana pun gagal.
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab, Prof. Dr. Mutawalli asy-Sya’rawi, Gema Insani Press hal 23-24.
Sumber : http://alamanah1429.wordpress.com/2009/01/03/arti-kata-insya-allah/

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhan-Mu jika kamu lupa dan katakanlah "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini." (Q.S Al-Kahfi 18: 24)

Beberapa penduduk Mekkah datang ke Nabi Muhammad saw. bertanya tentang ruh, kisah ashabul kahfi dan kisah Dzulqarnain. Nabi menjawab, "Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan." Keesokan harinya wahyu tidak datang menemui Nabi, sehingga Nabi gagal menjawab hal-hal yang ditanyakan. Tentu saja "kegagalan" ini menjadi cemoohan kaum kafir.

Saat itulah turun ayat menegur Nabi, "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhan-Mu jika kamu lupa dan katakanlah "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini." (Q.S Al-Kahfi 18:24)

Kata "Insya Allah" berarti "jika Allah menghendaki". Ini menunjukkan bahwa kita tidak tahu sedetik ke depan apa yang terjadi dengan kita. Kedua, hal ini juga menunjukkan bahwa manusia punya rencana, Allah punya kuasa. Dengan demikian, kata "insya Allah" menunjukkan kerendahan hati seorang hamba sekaligus kesadaran akan kekuasaan ilahi.

Dari kisah di atas kita tahu bahkan Nabi pun mendapat teguran ketika alpa mengucapkan insya Allah.

Sayang, sebagian diantara kita sering melupakan peranan dan kekuasaan Allah ketika hendak berencana atau mengerjakan sesuatu. Sebagian diantara kita malah secara keliru mengamalkan kata "insya Allah" sebagai cara untuk tidak mengerjakan sesuatu. Ketika kita diundang, kita menjawab dengan kata "Insya Allah" bukan dengan keyakinan bahwa Allah yang punya kuasa tetapi sebagai cara berbasa-basi untuk tidak memenuhi undangan tersebut. Kita rupanya berkelit dan berlindung dengan kata "Insya Allah". Begitu pula halnya ketika kita berjanji, sering kali kata "insya Allah" keluar begitu saja sebagai alat basa-basi pergaulan.

Yang benar adalah, ketika kita diundang atau berjanji pada orang lain, kita ucapkan "Insya Allah", lalu kita berusaha memenuhi undangan ataupun janji itu. Bila tiba-tiba datang halangan seperti sakit, hujan, dan lainnya, kita tidak mampu memenuhi undangan ataupun janji itu, maka di sinilah letak kekuasaan Allah. Di sinilah baru berlaku makna "Insya Allah".

Sumber : http://oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=224



Kata Insya Allah dulu dan sekarang rupanya ada mengalami pergeseran makna. Walau sesungguhnya dan memang seharusnya maknanya tidak boleh berubah. Namun karena terjadi pergeseran budaya dan perilaku para pemakai kata 'Insya Allah' tersebut maka seolah-olah maknanya bergeser. Padahal tidaklah demikian, dan akan tetap sama maknanya dulu dan sekarang hingga kelak dunia ini berakhir.

Mengapa saya katakan ada pergeseran makna?

Kalau dahulu dan lebih-lebih di zaman Rasulullah kemudian dilanjut dengan para sahabat, kerabat, para jumhur ulama masih memiliki pengaruh kuat dizaman itu, maka kata Insya Allah sesungguhnya  nyaris bermakna atau berarti sebuah 'kepastian' kecuali Allah berkehendak lain. Artinya bahwa begitu beliau-beliau  mengucapkan kata 'Insya Allah' dalam sebuah janji, atau disaat beliau-beliau diminta untuk hadir pada suatu acara tertentu,  maka itu adalah suatu jaminan akan sebuah kepastian bahwa mereka akan datang, mereka akan menghadiri, mereka akan menepati janji apabila di tinjau dari sisi kapasitas mereka selaku 'manusia', terkecuali Allah berkehendak lain barulah hal itu tidak bisa terealisasi.

Namun dimasa sekarang, orang begitu gampang mengucapkan kata 'Insya Allah' sekalipun untuk sesuatu yang sebenarnya sulit untuk ia lakukan baik dipandang secara teknis, waktu, tempat, dan lainnya. Artinya sangat kecil kemungkinannya dapat ia penuhi. Bahkan tidak sedikit pula orang yang mengucapkan kata itu sesungguhnya sudah terbesit di dalam hatinya untuk tidak merealisasikan ucapannya itu. Ucapan itu sengaja disampaikan hanya dimaksudkan sekedar untuk pemanis.

Hanya saja, pemanis atau tidak pemanis, dengan ucapan itu tentu orang akan berharap kehadirannya, kedatangannya, ketepatan janjinya, dan lain-lain.

Semestinya agar tidak memberi harapan alangkah baiknya nyatakan saja dengan sejujurnya misalkan: Mohon maaf, saya tidak bisa memenuhi janji karena bla...bla...., sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya. dst. dst.

Namun nyatanya orang tetap mengatakan 'Insya Allah', sekali lagi..., walau untuk sesuatu yang tidak mungkin dapat ia lakukan. Karena dianggapnya bahwa pengertian atau makna kata 'Insya Allah' adalah hanya tergantung sikon dan tergantung perasaan hati belaka, bukan tergantung pada ketentuan Allah.

Inilah yang saya maksud pergeseran makna tadi.

Mohon maaf kalau aspek pandang saya berbeda dengan kawan-kawan. Tapi percaya saja, bahwa perbedaan itu rahmat bukan???

Sumber : http://bamaraon.blogspot.com/2009/03/makna-kata-insya-allah-dulu-dan.html


DIJUAL : HAPE QUR'AN RAZTEL M850

Senin, 11 April 2011




Dengan memiliki Hp Quran Ibadah anda jadi semakin mudah dengan aplikasi Alquran digital lengkap, Tafsir dan Hadis dll.

Fitur Aplikasi Keislaman :
  • Alquran digital lengkap 114 surat
  • Teks Arab menggunakan huruf Othmanic
  • Resitasi suara dar Syeikh Abdul Rachman al-Sudais dan Syech Saud Ash-Shuraim
  • Teks terjemahan dalam 28 bahasa (termasuk bahasa Indonesia)
  • Waktu Shalat dengan alarm suara Azan
  • Arah Kiblat dari kota besar di dunia
  • Tafsir dan Hadist
  • Panduan Haji dan Umrah
Fitur mobile Phone :
  • Dual Band GSM 900 DCS 1800
  • Dua Kartu SIM dua siaga
  • layar 2.4" TFT LCD 262K Warna
  • Dual Kamera 13 MP dan Perekam Video
  • Menu Bahasa Indonesia
  • SMS, MMS, GPRS dan internet
  • Memori eksternal t-Flash 1 GB
  • MP3, MP4, Radio FM dan Bluetooth
  • Java, opera Mini, Facebook, twitter dan yahoo Messenger
Perijinan :
  • Ijin Dep. Agama No. P.VI/1/TL.02.1/313/2008
  • Ijin Ditjen. Postel No. 13890/POSTEL/2010
  • Ijin Dinas Perindag No. 0329/1.824.52/09.09 
HARGA                 : RP. 1.050.000,-

PEMESANAN       : 0852 88088 309, 0878 8163 0806 


DIJUAL : BATIK KALIGRAFI


DIJUAL BATIK KALIGRAFI :

BAHAN                     : KAIN PRIMISH TULIS ASLI ( Hand Made )

UKURAN                   : 60 x 140 cm

READY STOCK        : AYAT KURSI, AYAT SERIBU DINAR dan SYAHADAT

HARGA                     : MULAI DARI @  RP. 700.000,- (Tidak termasuk Pigura)

PEMESANAN           : 0878 8163 0806, 0858 9070 5508

Hadist Shahih Bukhari No. 16/7008 - 20/7008

Tanda Iman Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Walid] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] telah mengabarkan kepadaku [Abdullah bin Abdullah bin Jabar], berkata; aku mendengar [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tanda iman adalah mencintai (kaum) Anshar dan tanda nifaq adalah membenci (kaum) Anshar". (Hadis Shahih Bukhari no. 16/7008)

Bai’at kepada Rasulullah Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] dari [Az Zuhri] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Abu Idris 'Aidzullah bin Abdullah], bahwa ['Ubadah bin Ash Shamit] adalah sahabat yang ikut perang Badar dan juga salah seorang yang ikut bersumpah pada malam Aqobah, dia berkata; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ketika berada ditengah-tengah sebagian sahabat: "Berbai'atlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak membuat kebohongan yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak bermaksiat dalam perkara yang ma'ruf. Barangsiapa diantara kalian yang memenuhinya maka pahalanya ada pada Allah dan barangsiapa yang melanggar dari hal tersebut lalu Allah menghukumnya di dunia maka itu adalah kafarat baginya, dan barangsiapa yang melanggar dari hal-hal tersebut kemudian Allah menutupinya (tidak menghukumnya di dunia) maka urusannya kembali kepada Allah, jika Dia mau, dimaafkannya atau disiksanya". Maka kami membai'at Beliau untuk perkara-perkara tersebut. (hadist Shahih Bukhari no. 17/7008)
Takut terkena Fitnah Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari [Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Sha'Sha'ah] dari [bapaknya] dari [Abu Sa'id Al Khudri] bahwa dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hampir saja terjadi (suatu zaman) harta seorang muslim yang paling baik adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung dan tempat-tempat terpencil, dia pergi menghindar dengan membawa agamanya disebabkan takut terkena fitnah". (Hadist Shahih Bukhari No. 18/7008)

Perintah melakukan amalan..Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Salam] berkata, telah mengabarkan kepada kami ['Abdah] dari [Hisyam] dari [bapaknya] dari [Aisyah] berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila memerintahkan kepada para sahabat, Beliau memerintahkan untuk melakukan amalan yang mampu mereka kerjakan, kemudian para sahabat berkata; "Kami tidaklah seperti engkau, ya Rasulullah, karena engkau sudah diampuni dosa-dosa yang lalu dan yang akan datang". Maka Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjadi marah yang dapat terlihat dari wajahnya, kemudian bersabda: "Sesungguhnya yang paling taqwa dan paling mengerti tentang Allah diantara kalian adalah aku".  ( Hadist Shahih Bukhari No. 19/7008)

3 perkara mendapat manisnya iman Telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Harb] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Qotadah] dari [Anas bin Malik] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga (perkara) yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Dan siapa yang bila mencintai seseorang, dia tidak mencintai orang itu kecuali karena Allah 'azza wajalla. Dan siapa yang benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka". (Hadist Shahih Bukhari no. 20/2008)

Sumber : Hadist9Imam www.buyanur.com

NABI YA'KUB AS

Minggu, 10 April 2011

Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ia adalah saudara kembar dari putera Ishaq yang kedua bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan irihati, bahkan ia selalu diancam maka datanglah Ya'qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ia berkata mengeluh : " Wahai ayahku! Tolonglah berikan fikiran kepadaku, bagaimana harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku, sehingga hubungan persaudaraan kami ber dua renggang dan tegang tidak ada saling cinta mencintai saling sayang-menyayangi. Dia marah karena ayah memberkahi dan mendoakan aku agar aku memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan . Dia menyombongkan diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kan'aan dan mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat bagi anak-anakku kelak didalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluargaan.

Berkata si ayah, Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin meruncing:" Wahai anakku, karena usiaku yang sudah lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku, badanku sudah membongkok raut mukaku sudah kisut berkerut dan aku sudah berada di ambang pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khuatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan mu dan kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut fikiranku, engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah engkau ke Fadan A'raam di daerah Irak, di mana bermukin bapa saudaramu saudara ibumu Laban bin Batu;il. Engkau dapat mengharap dikawinkan kepada salah seorang puterinya dan dengan demikian menjadi kuatlah kedudukan sosialmu disegani dan dihormati orang karena karena kedudukan mertuamu yang menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa dariku semoga Allah memberkahi perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang tenang dan tenteram.
Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati si anak. Ya'qub melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antaranya dan Ishu, apalagi dengan mengikuti saran itu ia akan dapat bertemu dengan saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya .Ia segera berkemas-kemas membungkus barang-barang yang diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu serta air mata yang tergenang di matanya ia pamit kepada ayahnya dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.
Nabi Ya'qub Tiba di Irak
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya yang terik yang membakar kulit, Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan A'ram dimana bapa saudaranya Laban tinggal. Dalam perjalanan yang jauh itu , ia sesekali berhenti beristirahat bila merasa letih dan lesu .Dan dalam salah satu tempat perhentiannya ia berhenti karena sudah sangat letihnya tertidur dibawah teduhan sebuah batu karang yang besar . Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia dikurniakan rezeki luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan anak cucu yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar dan makmur. Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sadarlah ia bahwa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuai dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya. Dengan diperoleh mimpi itu ,ia merasa segala letih yang ditimbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang seolah-olah ia memperoleh tenaga baru dan bertambahlah semangatnya untuk secepat mungkin tiba di tempat yang di tuju dan menemui sanak-saudaranya dari pihak ibunya.
Tiba pada akhirnya Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram setelah berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan yang membosankan tiada yang dilihat selain dari langit di atas dan pasir di bawah. Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat binatang-binatang peliharaan berkeliaran di atas ladang-ladang rumput ,burung-burung berterbangan di udara yang cerah dan para penduduk kota berhilir mudik mencari nafkah dan keperluan hidup masing-masing.
Sesampainya disalah satu persimpangan jalan ia berhenti sebentar bertanya kepada salah seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang kaya-raya yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata kepada Ya'qub:"Kebetulan sekali, itulah dia puterinya Laban yang akan dapat membawamu ke rumah ayahnya, ia bernama Rahil.
Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri gadis ayu itu dan cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya ,ia mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri.  Ibunya yang bernama Rifqah adalah saudara kandung dari ayah si gadis itu. Selanjutnya ia menerangkan kepada gadis itu bahwa ia datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan dengan tujuan hendak menemui Laban ,ayahnya untuk menyampaikan pesanan Ishaq, ayah Ya'qub kepada gadis itu. Maka dengan senang hati sikap yang ramah muka yang manis disilakan ya'qub mengikutinya berjalan menuju rumah Laban bapa saudaranya.
berpeluk-pelukanlah dengan mesranya si bapa saudara dengan anak saudara, menandakan kegembiraan masing-masing dengan pertemuan yang tidak disangka-sangka itu dan mengalirlah pada pipi masing-masing air mata yang dicucurkan oleh rasa terharu dan sukacita. Maka disiapkanlah oleh Laban bin Batu'il tempat dan bilik untuk anak saudaranya Ya'qub yang tidak berbeda dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri di mana ia dapat tinggal sesuka hatinya seperti di rumahnya sendiri.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban ,bapa saudaranya sebagai anggota keluarga disampaikan oleh Ya'qub kepada bapa saudranya pesanan Ishaq ayahnya, agar mereka berdua berbesan dengan menikahkannya dengan salah seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban dan setuju akan menikahkan Laban dengan salah seorang puterinya, dengan syarat sebagai mas kawin, ia harus memberikan tenaganya di dalam perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuh tahun. Ya'qub menyetujuinya syarat-syarat yang dikemukakan oleh bapa saudaranya dan bekerjalah ia sebagai seorang pengurus perusahaan penternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.
Setelah masa tujuh tahun dilampaui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam perusahaan penternakan Laban ,ia menagih janji bapa saudaranya yang akan mengambilnya sebagai anak menantunya. Laban menawarkan kepada ya'qub agar menyunting puterinya yang bernama Laiya sebagai isteri, namun yaqub menghendaki Rahil adik dari Laiya, karena lebih cantik dan lebih ayu dari Laiya yang ditawarkannya itu. Keinginan mana diutarakannya secara terus terang oleh Ya'qub kepada Laban, yang memahami dan mengerti isi hati anak saudaranya itu. Akan tetapi adat istiadat yang berlaku pada waktu itu tidak mengizinkan seorang adik melangkahi kakaknya kawin lebih dahulu. karenanya sebagi jalan tengah agar tidak mengecewakan Ya'qub dan tidak pula melanggar peraturan yang berlaku, Laban menyarankan agar Ya'qub menerima Laiya sebagai isteri pertama dan Rahil sebagai isteri kedua yang akan di sunting kelak setelah ia menjalani masa kerja tujuh tahun di dalam perusahaan penternakannya.

Ya'qub yang sangat hormat kepada Laban dan merasa berhutang budi kepadanya yang telah menerimanya di rumah sebagai keluarga, melayannya dengan baik dan tidak dibeda-bedakan seolah-olah anak kandungnya sendiri, tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima rencana Laban. Perkawinan dilaksanakan dan kontrak untuk masa tujuh tahun kedua ditanda-tangani.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dikawinkanlah Ya'qub dengan Rahil gadis yang sangat dicintainya dan selalu dikenang sejak pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota Fadan A'raam. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut syariat dan peraturan yang berlaku pada waktu tidak terlarang akan tetapi oleh syariat Muhammad s.a.w. hal semacam itu diharamkan.
Laban memberi hadiah kepada kedua puterinya, kedua isteri ya'qub seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumahtangga mereka. Dan dari kedua isterinya serta kedua hamba sahayanya itu Ya'qub dikurniai dua belas anak, di antaraya Yusuf dan Binyamin dari ibu Rahil sedang yang lain dari Laiya.

Kisah Nabi Ya'qub Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Ya'qub tidak terdapat dalam Al-Quran secara tersendiri, namun disebut-sebut nama Ya'qub dalam hubungannya dengan Ibrahim, Yusuf dan lain-lain nabi. Bahn kisah ini adalah bersumberkan dari kitab-kitab tafsir dan buku-buku sejarah.

sumber : disesuaikan dengan bahasa Indonesia dari www.kisah25nabi.blogspot.com

Hadist Shahih Bukhri No. 11/7008 - 15/7008

Islam manakah yg paling baik ?Telah menceritakan kepada kami ['Amru bin Khalid] berkata, Telah menceritakan kepada kami [Al Laits] dari [Yazid] dari [Abu Al Khair] dari [Abdullah bin 'Amru]; Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Islam manakah yang paling baik?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal". ( Hadis Shahih Bukhari No. 11/7008)

Mencintai saudara Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] berkata, telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Syu'bah] dari [Qotadah] dari [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Dan dari [Husain Al Mu'alim] berkata, telah menceritakan kepada kami [Qotadah] dari [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri". ( Hadis Shahih Bukhari No. 12/7008)

Iman seseorang Telah menceritakan kepada kami [Abu Al Yaman] berkata, telah mengabarkan kepada kami [Syu'aib] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abu Az Zanad] dari [Al A'raj] dari [Abu Hurairah], bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya". ( Hadis Shahih Bukhari No. 13/7008)

Iman seseorang Telah menceritakan kepada kami [Ya'qub bin Ibrahim] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ibnu 'Ulayyah] dari [Abdul 'Aziz bin Shuhaib] dari [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Dan telah menceritakan pula kepada kami [Adam] berkata, telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Qotadah] dari [Anas] berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya". ( Hadis Shahih Bukhari No. 14/7008)

Manisnya Iman Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdul Wahhab Ats Tsaqafi] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Abu Qilabah] dari [Anas bin Malik] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka"". (Hadis Shahih Bukhari No. 15/7008)

Sumber : Hadis9Imam http://www.buyanur.com/

DIJUAL : Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis

ENSIKLOPEDIA MUKJIZAT ALQURAN DAN HADIS ( E MAQDIS )

Mengungkap kebenaran Mukjizat Alquran dan Hadis melalui Ilmu Pengetahuan.

Gambaran secara Fisik :
  • Terdiri dari 10 Jilid Hardcover
  • Kertas Matt Paper 150 gram
  • 220 artikel ilmu pengetahuan
  • 3000 halaman
  • Lebih dari 2500 photo & ilustrasi yg menarik
  • Telah terjual lebih dari 15.000 set

Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis adalah buku referensi yang layak dimiliki oleh keluarga muslim Indonesia maupun yang ingin mempelajari Islam. Yang membedakan buku ini berbeda dengan ensiklopedia Alquran lainnya yang telah ada di Indonesia adalah cakupan temanya yang komprehensif. Bila selama ini ensiklopedia yang ada hanya mengangkat satu atau beberapa tema saja dari Alquran, maka buku ini banyak mengangkat tema yang relatif baru untuk kajian Alquran di Indonesia.

Buku  I      KEMUKJIZATAN  FAKTA SEJARAH
Buku II      KEMUKJITATAN  PENCIPTAAN MANUSIA
Buku III     KEMUKJIZATAN  OBAT-OBATAN DAN MAKANAN
Buku IV     KEMUKJIZATAN  PSIKOTERAPI ISLAM
Buku V      KEMUKJIZATAN  PENCIPTAAN HEWAN
Buku VI     KEMUKJIZATAN  TUMBUHAN DAN BUAH-BUAHAN
Buku VII    KEMUKJIZATAN  BAHASA DAN SASTRA ALQURAN
Buku VIII   KEMUKJIZATAN  PENCIPTAAN BUMI
Buku IX     KEMUKJIZATAN  PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Buku X      KEMUKJIZATAN ANGKA

Judul Asli                                    :  " Al I'jaz al Ilmi Alquran wa al sunnah "
Hak Cipta                                    :   Dr Maqdy Shehab - Cairo - Egypt
Hak Cipta terjemahan Indonesia  :  PT. Sapta Sentosa - Jakarta
Distributor                                   :   PT. Amira Widyatama - Jakarta
Pembaca Ahli                              :   Prof. Dr. Ali Mustafa Yaqub, Dr. Mukhlis Hanafi


Harga                    :   Rp. 3.888.000 - 20% disc = Rp. 3.110.400,- 
                                  wilayah jabodetabek  ( bisa diangsur/kredit )
Pemesanan Buku   :   Setiawan  0858 90705508, 0852 88088309




Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milik-ku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya


Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?


Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukum bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.


Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku


Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”….

(Puisi terakhir WS. Rendra yang dituliskannya di atas ranjang Rumah Sakit)
Sumber : www.buyanur.com

NABI LUTH AS

Nabi Luth adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim. Ia mendampingi Nabi Ibrahim dalam semua perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang perternakan yang berhasil dengan baik, binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan. Akhirnya perkongsian Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternakan serta harta milik perusahaan mereka di bagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim. pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.

Nabi Luth Diutuskan Oleh Allah Kepada Rakyat Sadum
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya,rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran bermerajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan homoseks {liwat} di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu bermerajalela di dalam masyarakat sehingga menjadi suatu kebudayaan bagi kaum Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari diganggu oelh mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jika ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan di antara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian paras penyakit sosialnya diutuslah nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan ,kejahilan dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih ,bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah mencipta mereka dan alam sekitar mereka tidak meridhai amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan syurga di akhirat sedang yang melakukan perbuatan mungkar akan di balaskannya dengan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam.
Nabi Luth berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan iaitu melakukan perbuatan homoseks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis yaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka di beri nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan milik masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mereka lakukan di antara sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidak amanan di dalam negeri sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa aman dan tenteram dalam hidupnya.

Demikianlah Nabi Luth melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya.Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan mengajak agak mereka beriman dan percaya kepada Allah menyembah-Nya melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi keruntuhan moral dan kerusakan akhlak sudah berakar sangat di dalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakkan Nabi Luth yyang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur di dalam hati dan fikiran mereka dan berlalu laksana suasana teriakan di tengah-tengah padang pasir .Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth sedang hati dan fikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran -ajaran syaitan dan iblis.

Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua keluarganya. dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntuhan moral mereka dan bahawa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan fikiran serta mensia-siakan masa. obat satu-satunya, menurut fikiran Nabi Luth untuk mencegah penyakit akhlak itu yang sudah parah itu menular kepada tetangga-tetangga dekatnya, ialah dengan membasmikan mereka dari atas bumi sebagai pembalasan ke atas terhadap kekerasan kepala mareka juga untuk menjadi hikmah dan pengajaran umat-umat disekelilingnya. beliau memohon kepada Allah agar kepada kaumnya masyarakat Sadum diberi pengajaran berupa azab di dunia sebelum azab yang menanti mereka di akhirat kelak.

Para Malaikat Tamunya Nabi Ibrahim Bertamu Kepada Nabi Luth.
Permohonan Nabi Luth dan doanya diperkenankan dan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Dikirimkanlah kepadanya tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mrk bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah mohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda ,kalau-kalau mereka kembali sadar mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan mungkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anaksaudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan keatas kaum Saum permintaan mana oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.

Para malaikat itu sampai di Sadum dengan menyamar sebagai lelaki remaja yang berparas tampan dan bertubuh yang elok dan bagus. Dalam perjalanan mrk hendak memasuki kota, mereka bertemu dengan seorang gadis yang cantik dan ayu sedang mengambil dari sebuah perigi. Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis kalau-kalau mereka diterima ke rumah sebagai tetamu. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia beruding terlebih dahulu dengan keluarganya. Maka ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu ayahnya.

Si ayah yaitu Nabi Luth sendiri mendengar laporan puterinya menjadi bingung jawapan apa yang harus ia berikan kepada para pendatang yang ingin bertamu ke rumahnya untuk beberapa waktu, namun menerima tamu-tamu remaja yang berparas tampan dan kacak akan mengundang risiko gangguan kepadanya dan kepada tamu-tamunya dari kaumnya yang tergila-gila oleh remaja-remaja yang mempunyai tubuh bagus dan wajah elok. Sedang kalau hal yang demikian itu terjadi ia sebagai tuan rumah harus bertanggungjawab terhadap keselamatan tamunya, padahal ia merasa bahwa ia tidak akan berdaya menghadapi kaumnya yang bengis-bengis dan haus maksiat itu.
Timbang punya timbang dan fikir punya fikir akhirnya diputuskan oleh Nabi Luth bahwa ia akan menerima mereka sebagai tamu di rumahnya apa pun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang menanti di pinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama ke rumah pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth berusah dab berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar merahasiakan kedatangan tamu-tamu, jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi isteri Nabi Luth yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks.
Terjadilah apa yang dikhuatirkan oleh Nabi Luth. Begitu tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Luth, berdatanglah mereka ke rumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jgn mengganggu tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan .Mereka diberi nasihat agar meninggalkan adat kebiasaan yang keji itu yang bertentangan dengan fitrah manusia dan kudrat alam di mana Tuhan telah menciptakan manusia berpasangan antara lelaki dengan perempuan untuk menjaga kelangsungan perkembangan umat manusia sebagai makhluk yang termulia di atas bumi. nabi Luth berseru agar mereka kembali kepada isteri-isteri mereka dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar yang tidak senonoh, sebelum mereka dilanda azab dan seksaan Allah.
Seruan dan nasihat-nasihat Nabi Luth dihiraukan dan dipedulikan , mereka bahkan mendesak akan menolak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth secara terus terang kepada para tamunya:" Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam .Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisikal yang dapat menolak kekerasan mereka , tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu-tamuku dirumahku sendiri.

Begitu Nabi Luth selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan memberi tahu jati diri mereka, bahawa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan seksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiat yang keji dan kotor.
Kepada Nabi Luth para malaikat itu menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberi kesempatan bagi orang -orang yang haus homoseks itu masuk. Namun malangnya apabila pintu dibuka dan para penyerbu mejejakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu. mereka mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.
Sementara para penyerbu rumah Nabi Luth berada dalam keadaan kacau balau berbentur antara satu dengan lain berteriak-teriak menanya-nanya gerangan apa yang menjadikan mereka buta dengan mendadak para berseru kepada Nabi Luth agar meninggalkan segera perkampungan itu bersam keluarganya, karena masanya telah tiba bagi azab Allah yang akan ditimpakan. Para malaikat berpesan kepada Nabi Luth dan keluarganya agar perjalanan ke luar kota jangan seorang pun dari mereka menoleh ke belakang.
Nabi Luth keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh ke kanan mahupun kekiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya. Akan tetapi si isteri yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak ingin meninggalkan kaumnya. Ia berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya dan tidak henti-henti menoleh ke belakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri. Dan begitu langkah Nabi Luth berserta kedua puterinya melewati batas kota Sadum, sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya di bawah kaki rakyat Sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafiq itu. Getaran itu mendahului suatu gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu sijjil yang menghancurkan dengan serta-merta kota Sadum berserta semua pemghuninya .Demikianlah mukjizat dan ayat Allah yang diturunkan untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi hamba-hamba-Nya yang mendatang.
Kisah Nabi Luth Di Dalam Al-Quran
Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah diantaranya surah "Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75 , surah "Asy-Syu'ara" ayat 160 sehingga ayat 175 , surah "Hud" ayat 77 sehingga ayat 83 , surah "Al-Qamar" ayat 33 sehingga 39 dan surah "At-Tahrim" ayat 10.
disalin dan disesuaikan bahasa Indonesianya dari http://www.kisah25nabi.blogspot.com/